ANTI HISTAMIN I "Turunan Kolamin dan Turunan Etilendiamin"
Apa yang kamu ketahui tentang histamin?
Sebenarnya histamin itu baik atau buruk sih?
Yuk, simak penjelasan dibawah ini :
1. HISTAMIN
a. Pengertian
Histamin adalah senyawa kimia dalam sistem imun tubuh yang sebenarnya memiliki “maksud baik” yang berfungsi untuk menyingkirkan benda asing yang berpotensi mengganggu tubuh. Peran histamin dalam sistem imun adalah menimbulkan gejala alergi pada seseorang untuk mengusir benda asing yang masuk. Atau Histamin merupakan derivat amin dengan berat molekul rendah yang diproduksi dari L-histidine (Sari dan Yenny, 2018).
b. Struktur Kimia
c. Golongan
Histamin termasuk dalam golongan amin biogenik dan disintesis dari asam amino histidin. Histamin ini dihasilkan oleh sel mast, basophil, platelets, neuron histaminergik, dan sel enterokromafin, yang mana histamin ini disimpan di dalam vesikel intraseluler dan dilepaskan pada saat terdapat rangsangan
d. Cara Kerja
Histamin merupakan mediator yang poten untuk terjadinya berbagai reaksi biologis. Histamin bekerja dengan cara berikatan dengan reseptornya. Sejauh ini terdapat 4 subtipe reseptor antihistamin yang sudah dikenali yaitu Reseptor Histamin 1, 2, 3, dan 4 (H1R, H2R, H3R, H4R) yang terdapat pada berbagai jaringan target. Ikatan histamin dengan reseptornya akan menyebabkan kontraksi sel otot polos, vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskular, peningkatan sekresi mukus, takikardi, perubahan tekanan darah, aritmia, serta menstimulasi sekresi asam lambung
2. ANTIHISTAMIN
a. Struktur Kimia
b. Pengertian
Antihistamin merupakan obat yang sering dipakai dibidang dermatologi, terutama untuk kelainan kronik dan rekuren. Antihistamin adalah zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor histamin. Antihistamin dan histamin berlomba untuk menempati reseptor yang sama (Sari dan Yenny, 2018).
c. Pembagian Histamin
Ada empat tipe reseptor histamin, yaitu H1, H2, H3, dan H4 yang keempatnya memiliki fungsi dan distribusi yang berbeda. Pada kulit manusia hanya reseptor H1 dan H2 yang berperan utama. Blokade reseptor oleh antagonis H1 menghambat terikatnya histamin pada reseptor sehingga menghambat dampak akibat histamin misalnya kontraksi otot polos, peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan vasodilatasi pembuluh darah. Histamin memiliki peranan yang penting dalam patofisiologi penyakit alergi. Histamin adalah amina dasar yang dibentuk dari histidin oleh histidine dekarboksilase. Histamin ditemukan pada semua jaringan, tetapi memiliki konsentrasi yang tinggi pada jaringan yang berkontak dengan dunia luar, seperti paru-paru, kulit, dan saluran pencernaan (Sari dan Yenny, 2018).
- Reseptor H1 ditemukan pada neuron, otot polos, epitel dan endotelium. Antagonis reseptor H1 dapat dibagi menjadi generasi pertama dan generasi kedua
- Reseptor H2 ditemukan pada sel parietal mukosa lambung, otot polos, epitelium, endotelium, dan jantung
- Reseptor H3 ditemukan dalam jumlah yang terbatas. Reseptor H3 terutama ditemukan pada neuron histaminergik
- Reseptor H4 ditemukan pada sum-sum tulang dan sel hematopoitik perifer Istilah antihistamin pertama kali ditujukan pada reseptor antagonis H1 yang digunakan untuk terapi penyakit inflamasi dan alergi.
d. Perbedaan Antihistamin Generasi Pertama dan Kedua
Antihistamin generasi pertama adalah jenis yang dapat menyebabkan rasa kantuk setelah digunakan, sedangkan antihistamin generasi kedua tidak terlalu menimbulkan rasa kantuk.
e. Mekanisme Kerja Antihistamin Generasi Pertama
Antihistamin H1 generasi pertama bekerja menurunkan pelepasan mediator dari sel mast dan basofil serta bekerja pada reseptor muskarinik, α-adrenergik, dan serotonin serta pada kanal ion jantung. Beberapa efek samping serius terkait antihistamin H1 generasi pertama antara lain seperti retensi urin, hipotensi, dan aritmia jantung terjadi akibat ikatan terhadap reseptor-reseptor tersebut. Berdasarkan struktur kimia generasi pertama antihitamin ini dibagi menjadi enam kelompok, yaitu:
- Ethylenediamines
- Etholamine
- Alklamine
- Phenothiazine
- Piperazine
- Piperidine
f. Mekanisme Kerja Antihistamin Generasi Kedua
Obat golongan antihistamin H1 (antagonis reseptor H1) generasi kedua merupakan inverse agonist yang bekerja dengan cara berikatan secara reversibeldengan reseptor histamin kemudian menstabilkan dan memper-tahankannya dalam bentuk yang tidak aktif. Antihistamin H1 generasi kedua kurang lipofilikdibandingkan generasi pertama dan berikatan secara selektif pada reseptor H1 perifer sehingga lebih sedikit menimbulkan efek sedasi terhadap sistem saraf pusat. Obat tersebut terdisosiasi secara perlahan sehingga durasi kerja lebih panjang dibandingkan dengan generasi pertama. Antihistamin H1 mengurangi produksi sitokin proinflamasi, ekspresi molekul adhesi sel, dan kemotaksis sel eosinofil dan sel lainnya. Antihistamin H1 juga dapat mengurangi pelepasan mediator sel mast dan basofil melalui penghambatan saluran ion kalsium (Widyaastuti et al., 2020).
Berdasarkan Perbedaan Strukturnya, antihistamin dibagi lagi menjadi :
1. TURUNAN ETER AMINO ALKIL (KOLAMIN)
Contohnya : difenhidramin, klorodifenhidramin, bromodifenhidramin, medrilamin
misalnya untuk difenhidramin :
Dosis : Dewasa: 10-50 mg melalui suntikan di pembuluh darah atau otot. Dosis dapat ditambah hingga 100 mg jika diperlukan. Dosis maksimal adalah 400 mg per hari. Anak-anak: 5 mg/kgBB per hari, dibagi menjadi 4 kali pemberian melalui suntikan di pembuluh darah atau otot.
Aspek penting dari farmakologi obat diphenhydramine adalah sebagai antagonis reseptor histamin H1 generasi pertama sehingga dapat mengurangi kadar histamin dalam tubuh, sebagai antiparkinson, antiemesis, antikolinergik dan sedasi.
Farmakodinamik
Obat diphenhydramine merupakan antihistamin dari kelas etonolamin. Diphenhydramine berperan sebagai antagonis reseptor histamin H1. Diphenhydramine bersaing dengan histamin bebas untuk menempati reseptor histamin H1 terutama di saluran pencernaan, uterus, pembuluh darah besar dan otot bronkus. Ikatan obat Diphenhydramine dengan reseptor histamin H1 mengurangi efek negatif yang diakibatkan oleh ikatan histamin bebas dengan reseptor histamin H1 seperti reaksi inflamasi, vasodilatasi, bronkokonstriksi dan edema. Ikatan obat antihistamin H1 dengan reseptor histamin dapat mengurangi faktor transkripsi respons imun NF-ĸß melalui fosfolipase C. Jalur sinyal fosfatidilinositol (PIP2) juga dapat mengurangi presentasi antigen dan mengurangi pengeluran sitokin pro inflamasi dan faktor kemotaksis. Antihistamin juga dapat menurunkan konsentrasi ion kalsium sehingga dapat menstabilkan sel mast sehingga pengeluaran histamin berkurang. Antihistamin generasi pertama seperti Diphenhydramine dapat melewati sawar otak (blood brain barrier) dan dapat berikatan dengan reseptor histamin H1 di otak sehingga dapat menyebabkan efek sedasi walaupun diberikan dalam dosis terapeutik.
Turunan etonolamin seperti diphenhydramine memiliki efek antikolinergik yang lebih besar dibandingkan dengan golongan antihsitamin lain. Efek antikolinergik ini berperan sebagai antidiskinesia untuk mengurangi gejala ekstrapiramidal akibat penggunaan obat antipsikosis dalam waktu lama. Efek antidiskinesia ini juga dapat mengurangi gejala penyakit parkinson. Obat Diphenhydramine dapat berikatan dengan reseptor asetilkolin muskarinik M2. Efek antikolinergik dari diphenhydramine diduga berasal dari efek antimuskarinik pada sistem saraf pusat sehingga juga dapat bekerja sebagai antiemesis, walaupun cara kerjanya belum diketahui secara pasti.
Farmakokinetik
Farmakokinetik diphenhydramine berupa aspek absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresinya.
Absorbsi
Obat diphenhydramine diabsorbsi dengan baik di saluran pencernaan. Waktu untuk mencapai konsentrasi plasma puncak sekitar 1-4 jam.
Distribusi
Diphenhydramine didistribusikan secara luas ke seluruh bagian tubuh termasuk sistem saraf pusat. Obat ini dapat berikatan dengan protein plasma (plasma binding protein) 98-99%.
Metabolisme
Diphenhydramine dimetabolisme terutama di hati. Diphenhydramine dapat dimetabolisme di hati menjadi N-Desmetildiphenhydramine dan dipfenhidramin N-glukoronida.
Ekskresi
Diphenhydramine diekskresi melalui urin dalam bentuk metabolit walaupun sebagian kecil bisa berbentuk obat utuh.
Waktu paruh
waktu paruh eliminasi dari tubuh: 2,4 - 9,3 jam
2. TURUNAN ETILDIAMIN
Efektivitas tinggi, penekanan sistem saraf pusat dan iritasi lambung jg besar. Etilendiamin
mempunyai efek samping penekanan CNS dan gastro intestinal. Antihistamin tipe
piperazin, imidazolin dan fenotiazin mengandung bagian etilendiamin.
Pada kebanyakan
molekul obat adanya nitrogen
kelihatannya merupakan kondisi yang diperlukan untuk pembentukan garam yang
stabil dengan asam mineral.
Gugus amino alifatik
dalam etilen diamin cukup basis untuk pembentukan garam, akan tetapi atom N
yang diikat pada cincin aromatik sangat kurang basis.
Elektron bebas pada
nitrogen aril di delokalisasi oleh cincin aromatic
Beberapa contoh antihistamin turunan etilediamin, yaitu :
Agar lebih paham bisa nih lihat penjelasannya disini
Atau : https://youtu.be/D5PHANcdA_E
PERTANYAAN :
1. Mengapa Antihistamin H1 generasi kedua lebih direkomendasikan dalam penanganan urtikaria kronis?
2. Ternyata banyak peneliti yang tertarik untuk meneliti aktivitas dari reseptor H1, mengapa demikian?
3. Antihistamin dibagi menjadi 2, yaitu generasi
pertama dan generasi kedua, apa saja obat yang termasuk kedalam generasi
pertama dan generasi kedua?
4. Mengapa antihistamin generasi kedua direkomendasikan untuk pasien usia 65 tahun keatas?
DAFTAR PUSTAKA
Kusche J., T. Bieganski dan R. Hesterberg. 1980. The Influence of Carcinoma Histamine and Histamine Intolerance. Singapore : National University of Singapore.
Pohan, S. S. 2007. Mekanisme Antihistamin pada Pengobatan Penyakit Alergik : Blokade Reseptor Penghambatan Aktivasi Reseptor. Majalah Kedokteran Indonesia. Vol. : 57 (4) : 114-117.
Sari, F. dan S. W. Yenny. 2018. Antihistamin Terbaru di Bidang Dermatologi. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol. 7 (4) : 61-65.
Widyastuti, R., D. S. Rosdiana, W. K. Budianti dan W. Indriatmi. 2020. Terapi Farmakologis Urtikaria Kronik Spontan. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. Vol. 47 (1) : 51-57.
Sangatt bermanfaat sekalii artikelnyaa, mungkin saya dapat membantu menjawab pertanyaan no 3 yakni :
BalasHapus1. Obat-obat antihistamin generasi pertama itu ada :
Chlorpheniramine, Cyproheptadine, Hydroxyzine,
Ketotifen, Promethazine,
Dimethindene maleate
2. obat-obat antihistamin generasi kedua adalah:
Desloratadine, Fexofenadine,
Levocetirizine, Cetirizine, Terfenadine, Loratadine.
iya jawaban kamu sudah benar, mereka masuk antihistamin gen 1 karena bekerja menurunkan pelepasan mediator dari sel mast dan basofil serta bekerja pada reseptor muskarinik, α-adrenergik, dan serotonin serta pada kanal ion jantung. sedangkan obat desloratadine masuk gen 2 karena mereka kurang lipofilik dibanding gen 1
HapusTerimakasih artikelnya sangat membantu sekali dan mudah di fahami
BalasHapusizin membantu menjawab pertanyaan no 4 yaitu mengapa antihistamin generasi kedua direkomendasikan untuk pasien usia 65 tahun keatas di kareakan
Antihistamin H1 generasi kedua kurang lipofilik dibandingkan generasi pertama dan berikatan secara selektif pada reseptor H1 perifer sehingga lebih sedikit menimbulkan efek sedasi
terhadap sistem saraf pusat. Obat tersebut terdisosiasi secara perlahan sehingga durasi kerja lebih panjang dibandingkan dengan generasi pertama.
Iya nadya sudah benar, tambahan sedikit berdasarkan jurnal yg saya baca Terapi harus diberikan dengan pengawasan karena kemungkinan sudah terjadi gangguan fungsi hati dan ginjal pada pasien sehingga menyebabkan gangguan eliminasi.
HapusTerima kasih ya
hay tasya, saya akan mencoba menjawab pertanyan no
BalasHapus1. Dimana Antihistamin generasi kedua umumnya lebih sering digunakan dikarenakan lebih mudah ditoleransi pasien dan memiliki efek sedasi yang minimal. Obat antihistamin H1 reseptor antagonis yang dapat digunakan adalah loratadine (10 mg), cetirizine (10 mg), fexofenadine (120-180 mg), dan desloratadine (5 mg), semuanya diberikan sekali sehari. Dosis cetirizine dapat ditingkatkan sampai 60 mg/hari dengan dosis terpisah. Untuk antihistamin generasi kedua salah satu contohnya yakni Chlorpheniramine yang merupakan antihistamin generasi pertama, sebaiknya dihindari dikarenakan efek sedasi dan gangguan performa psikomotor.
Bener banget yuhana, selain itu contoh lainnya obat baru dari antihistamin generasi 2 Bilastine merupakan antihistamin H1 paling aman terhadap kardiovaskuler, dan Rupatadine selain juga aman terhadap kardiovakuler, juga memilki efek terhadap platelet activating factor.
Hapusizin menjawab ni saudia jadi pada no 2 itu Histamin merupakan salah satu faktor yang menimbulkan kelainan akut dan kronis. Dan karena peningkatan prevalensi penyakit alergik shg mengakibatkan makin bergairahnya peneliti mencari obat yang efektif unuk mengatasi penyakit tersebut, mencari antihistamin yang efektif serta yang tidak mempunyai efek samping.
BalasHapusIya bener banget maya, karena peningkatan penyakit otomatis menarik minat peneliti untuk menemukan obat baru yg tentu memiliki aktivitas lebih maksimal dan dari segi ekonomi maupun efek samping ditekan agar seminimal mungkin
HapusIzin menjawab pertanyaan no 3
BalasHapusadapun contoh obat dari antihistamin generasi pertama yakni : Chlorpheniramine, Cyproheptadine, Hydroxyzine, Ketotifen, Promethazine, Dimethindene maleate
adapun contoh obat dari antihistamin generasi kedua yakni : Desloratadine, Fexofenadine, Levocetirizine, Cetirizine, Terfenadine, Loratadine.
Terima kasih atas jawabannya ya, selain itu perlu diketahui jg bahwa antihistamin generasi 2 lebih disukai karena tidak terlalu menimbulkan efek kantuk. Cmiiw 😉
HapusTerimakasih artikelnya sangat membantu sekali. Izin menjawab pertanyaan no 2. Meningkatan prevalensi penyakit alergi membuat banyak peneliti mencari obat yang efektif untuk mengatasi penyakit tersebut. Beberapa peneliti tertarik meneliti aktivasi reseptor H1 yang mengakibatkan terjadinya reaksi radang dan mencari antihistamin yang efektif serta yang tidak mempunyai efek samping, untuk mengatasi radang tersebut.
BalasHapusTerima kasih jawabannya, iya benar. Karena kebanyakan obat beredar dipasaran dan yg dijual bebas memiliki efek samping yg banyak karena obat tsb tidak bekerja secara selektif. Shg peneliti ingin menemukan obat baru yg lebih minim akan efek samping shg akan meningkatkan keamanan dan kenyamanan pasien
HapusIzin menjawab nomor 4 ya tasya, Antihistamin H1 generasi kedua dapat direkomendasikan untuk pasien lanjut usia (>65 tahun) khususnya untuk pasien dengan gangguan fungsi kognitif karena efek sedatif yang lebih sedikit dibandingkan dengan generasi pertama. Terapi harus diberikan dengan pengawasan karena kemungkinan sudah terjadi gangguan fungsi hati dan ginjal pada pasien sehingga menyebabkan gangguan eliminasi
BalasHapusTerima kasih dian jawaban kamu sudah bagus dan benar, karena seperti kita tau antihistamin generasi lebih sedikit memberikan efek samping
HapusTerima kasih Tasya atas ilmunya, mungkin beberapa sudah membahas permasalahan no. 2. Sedikit saya tambahkan, seperti yang kita ketahui bahwa pembelajaran kimia medisinal adalah utamanya untuk meningkatkan aktivitas suatu obat dan menurunkan efek sampingnya sehingga kenyamanan pasien dapat dipenuhi. Hal tersebut menjadi alasan utama mengapa peneliti sangat tertarik untuk mengembangkan dunia pengobatan, dan salah satunya pada obat antihistamin ini, di mana penyakit ini umum terjadi. Salah satu jurnal menjelaskan bahwa antihistamin yang mempunyai afinitas besar terhadap reseptor H1, kemudian durasi ikatan antara antihistamin dengan reseptor yang lebih lama, dan mempunyai khasiat antiinflamasi akan mempunyai efektivitas yang lebih baik daripada antihistamin lainnya. Maka perlu adanya penelitian demi penelitian untuk mendapatkan antihistamin dengan kerja tersebut.
BalasHapusTerima kasih banyak ikhsan sudah menyempurnakan jawaban sebelumnya 🙏🏻
HapusIzin menjawab pertanyaan nomor 1 , jd sblum nya urtikaria kronis adalah suatu reaksi kulit yang ditandai dengan adanya ruam yang dipicu oleh reaksi terhadap makanan, obat, atau iritasi lainnya.. kenapa H1 generasi kedua dalam pengobatan urtikaria kronis ini lbh d rekomendasikan? Karena, lebih sedikit menimbulkan sedatif di sistem saraf pusat dan mengurangi melintasi sistem saraf otak.
BalasHapusIya bener satria, adapun untuk contoh obat yg dijual misalnya loratadine, cetirizine, fexofenadine dan desloratadine
HapusTerima kasih atas penjelasannya min, mendetail dan mudah dimengerti. Ditunggu postingan selanjutnya 👌
BalasHapusMakasih banyak ya indah, semoga artikel ini bisa membantu 🙏🏻
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusPenjelasan yg sangat detail dan sangat jelas diberikan contoh untuk membantu pembaca memahami lebih dari isi artikel yg disajikan, terus kembangkan artikelnya sangat membantu👍🏻
BalasHapusIya sama2 semoga membantu yaaaa
HapusTerima kasih atas ilmunya ya sangat bermanfaat
BalasHapusTerima kasih bayak sudah berkunjung 🙏🏻
Hapus^banyak
HapusArtikel yg sangat membantu
BalasHapusSemoga bermanfaat ya ilmunya, jangan bosan mampir
HapusTerus semangat bikin blognya karna sngt bagus sekali
BalasHapus*sangat
HapusHehe iyaaa,. Terima kasih ya semoga bermanfaat ilmunyaa
HapusAlhamdulillah artikelnya mudah dipahami
BalasHapusAlhamdulillah jugaa 🙏🏻 semoga ilmunya berkah
HapusArtikel yg sangat bermanfaat
BalasHapusTerima kasih, jangan bosan mampir yaa
HapusArtikelnya sangat bermanfaat. Terimakasih
BalasHapusSama-samaaa, semoga ilmunya bermanfaat
HapusKeren artikelnya sangat membantu
BalasHapusAlhamdulillah, semoga membantu ya penjelasannya 🍓
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBlognya bagus terus tingkatkan, semangat👌🏻
BalasHapusWah terima kasih sudah berkunjunggg
HapusMenarik
BalasHapusJangan bosen mampir ke blog ini yaa 🙏🏻
HapusArtikelnya menarik banget😍
BalasHapusMkasih banyak yaa, jangan bosan berkunjung ✨
Hapus